
Hariannetwork.com – Dalam upaya mengatasi masalah konflik antara gajah dan manusia, Penjabat (Pj) Bupati Pidie telah mengemukakan pendekatan yang didasarkan pada filosofi Triangulasi Silaturrahim yang merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat Aceh.
Hal tersebut disampaikan acara penyerahan peralatan pemeliharaan pagar kejut (Power Fencing) dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh kepada Masyarakat di Kemukiman Cot Meurong, Sakti, pada hari Minggu (24/3/2024).

Baca juga: UNHCR dan IOM Prihatin atas Insiden Kapal Pengungsi Rohingya di Aceh Barat
Menurutnya, Triangulasi Filosofi adalah representasi dari tiga hubungan esensial yang tak terpisahkan dalam kehidupan, yang melambangkan tiga warna alami di Pidie: Kuning, Merah, dan Hijau. Pertama, adalah hubungan manusia dengan Tuhan; kedua, hubungan antar manusia; dan yang ketiga, hubungan manusia dengan alam, termasuk kasih sayang terhadap hewan.
“Kuning, Merah, dan Hijau. Kuning itu hubungan manusia dengan Tuhan, Merah itu hubungan manusia dengan manusia, dan Hijau itu hubungan manusia dengan alam, termasuk hewan,” ujarnya.
Baca juga: Penjabat Gubernur Aceh Mempercepat Pengadaan Tanah untuk Jalan Tol Sibanceh dan Binjai-Langsa II
Pj Bupati Pidie juga menegaskan bahwa memulai konflik atau konfrontasi adalah kesalahan besar, baik itu antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, atau bahkan dengan lingkungan sekitar.
Sehingga ia kemudian mengajak untuk adanya perubahan paradigma, yaitu dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kasih sayang di antara masyarakat.
“ini merupakan tugas bagi penyuluh dan tokoh masyarakat untuk menyampaikan kepada masyarakat pentingnya memiliki kasih sayang,” tambahnya.
Baca juga: Nelayan Temukan Tiga Jenazah di Perairan Calang, Aceh Jaya
Wahyudi menjelaskan bahwa pengadaan pagar kejut untuk gajah ini hanyalah salah satu bentuk komunikasi antar manusia dengan alam akan tetapi lebih dalam dari pada itu ia berharap bahwa filosofi triangulasi silaturrahim akan berdampak pada keyakinan masyarakat bahwa Pidie akan mampu memimpin Indonesia.
“fencing atau kawat kejut ini hanya sarana komunikasi dengan Gajah bahwa ada tanda dilarang masuk. Namun yang lebih penting adalah bahwa dengan silaturrahim atau ikatan kasih sayang itulah harus diyakini bahwa Pidie akan memimpin Indonesia,” pungkas pj Bupati pidie Wahyudi Adisiswanto.
Editor: Tim Redaksi
Dapatkan berita dan informasi lengkap lainnya dengan cara klik http://hariannetwork.com