Hariannetwork.com – Dimana Kita dilahirkan adalah Takdir, bagaimana Kita bertumbuh adalah Proses, seperti apa kita dihari tua adalah keputusan, sepenggal kata Mutiara yang cocok di sematkan pada Hery Bin M. Yusuf.
Hery, Lahir di salah satu Desa dalam kecamatan Mutiara Timur pada 13 Mei 1997 dari pasangan M. Yusuf & Nurmala. Namun apa hendak dikata, Takdir berkata lain, Hery tidak sempat melihat wajah Ayahnya. Umur 7 bulan dalam kandungan, Ayahnya hilang dan tidak tau keberadaan kuburan sampai saat ini.
Baca Juga: Tanggapi KPA Soal Rumoh Geudong, PAKAR: Jangan Manfaat Isu Ini Jelang Pemilu
Hery berharap agar kehadiran Presiden Jokowi bisa memberikan perhatian khusus kepada seluruh anak-anak korban konflik Aceh, yang Bapak dan Ibunya jadi korban saat pecah perang antara GAM dan RI.
Di temui redaksi pada Sabtu 24 Juni 2023 Hery mengisahkan bahwa sampai saat ini tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah.
“Lima belas (15) tahun Aceh pasca perdamaian antara Pemerintah RI dan GAM, tdak ada perhatian bagi kami anak korban Konflik Aceh, apalagi cerita Ibu kami bahwa Almarhum Ayah saya di bawa ke Rumoh Geudong”. ungkap Hery.
Hery hanya berharap dulunya agar bisa melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi demi mewujudkan cita-citanya. Karena terbatas biaya hidup Hery hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga tamat SMA.
Baca Juga: 12 Eks Kombatan GAM Teupin Raya, Tanggapi Pembangunan Mesjid Di Rumoh Geudong
Pria yang sudah tujuh (7) tahun mengabdi sebagai tenaga bakti bidang Security di salah Rumah Sakit di Pidie , menuturkan sangat menyayangkan statemen dari pihak-pihak yang memperkeruh suasana penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat di Aceh ini selesai.
Hery menuturkan perasaannya, dirinya mengungkapkan keluh kesah terkait pihak lain yang mempersoalkan niat baik pemerintah yang telah memberikan perhatian kepada anak yatim dan janda korban koflik.
“saat ada kekuasaan, mengapa tidak peduli kepada kami anak-anak yatim korban konflik dan janda-janda korban konflik. Mengapa tidak peduli terhadap Rumoh Geudong, kenapa baru sekarang bicara, mengapa dulu kami tidak disekolahkan sampai perguruan tinggi, agar kami bisa mewujudkan cita-cita kami,” ujarnya.
Baca Juga: Korban Pelanggaran HAM Rumoh Geudong Ikut Pendampingan Perkoperasian
Hery berharap Mesjid yang di cita-citakan oleh Pak Wahyudi terwujud di Lokasi Bekas Rumoh Geudong, agar nantinya bisa berdoa dan berziarah untuk Almarhum Ayahnya.
Hery juga menyayangkan ketika ada orang baik seperti Pak Wahyudi selaku Penjabat Bupati Pidie yang ingin menyelesaikan persoalan ini bahkan ada pihak yang tidak senang dengan dibangunnya masjid di Rumoh Geudong.
“Saya ini adalah anak yang tidak pernah merasakan kasih sayang Ayah, ayah kandung saya meninggal saat saya berusia 7 bulan dalam kandungan. Sampai sekarang kami tidak tau kuburannya dimana. Kemudian Ayah tiri saya juga ditembak saat konflik Aceh bergejolak” Ucapnya dengan nada tersendat-sendat.
“Harapan kami kepada Pemerintah Pusat terutama Pak Jokowi dan Pak Wahyudi agar kami diberikan kesempatan untuk menjadi Abdi Negara melalui jalur khusus untuk anak-anak yatim korban konflik” pintanya sambil mengusap air mata.
Baca Juga: Wahyudi Adisiswanto : Jangan Wakafkan Dendam Pada Generasi Muda
“Namun demikian Ibu kami telah berhasil menyekolahkan kami hingga tamat SMA. Kami sangat bersyukur, semoga apa yang kami cita-citakan terwujud untuk membahagiakan ibu kami nantinya”.
Semoga penyelesaian Kick Off Penyelesaian HAM Berat ini bukan janji manis, kami harap terkabul dan kami anak Pidie bisa bangkit menjadi pemimpin ke depannya.
“Terima kasih Pak Wahyudi, Bapak sudah menjadi Ayah angkat kami anak yatim korban konflik Aceh” Tutupnya.
Untuk diketahui bahwa Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dijadwalkan ke Pidie Aceh pada 27 Juni 2023 dalam agenda Kick Off Penyelesaian HAM Berat masa lalu di Rumoeh Geudong Gampong Bili Aron Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie Aceh. Zkr
Dapatkan berita dan informasi lengkap lainnya dengan cara, klik http://hariannetwork.com